Bengawan Solo Yang Penuh Emas.
Bengawan Solo yang masa kini terbentuk sekitar empat juta tahun yang
lalu dan telah menjadi saksi bisu perjalanan sejarah manusia. Kehidupan
pra sejarah di Sangiran dipercaya hidup dengan menggantungkan diri pada
kesuburan salah satu cabang sungai ini. Sungai yang menjadi ikon kota
Solo inipun ikut menjadi saksi perjalanan hidup manusia dari semenjak
Kerajaan Mataram Kuno, Majapahit, Pajang, Mataram Islam, hingga Kraton
Kasunanan Surakarta.
Perburuan emas di perairan Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, yang dilakukan warga asal Ngawi, masih terus berlanjut.
"Berburu
emas bagi warga asal Ngawi di daerah Bengawan Solo, sudah menjadi
pekerjaan mereka. Dilarang di satu tempat, mereka akan pindah ke tempat
lainnya juga di kawasan Bengawan Solo," kata Kapolsek Kalitidu, AKP
Wijianto, Minggu (8/11).
Muspika Kecamatan Kalitidu sempat
mengeluarkan larangan warga di luar Bojonegoro, mencari harta emas di
perairan Bengawan Solo di Desa Ngraho, Kecamatan Kalitidu.
Perburuan
harta emas di dasar sungai terpanjang di Jawa itu, dilakukan sedikitnya
50 warga asal Ngawi sejak awal Agustus lalu yang akhirnya diikuti warga
di wilayah setempat.
Meski ada larangan, sebagian warga asal
Ngawi, masih tetap melakukan perburuan emas di perairan Bengawan Solo,
dengan berpindah ke Desa Sudu, Kecamatan Kalitidu.
Menurut
keterangan perangkat Desa Ngraho, Kecamatan Kalitidu, Rahardi, para
pemburu harta karun asal Ngawi tersebut pindah ke Desa Sudu, karena
meyakini perairan Bengawan Solo di wilayah setempat, menyimpan benda
berharga.
Dalam sejarah yang ada wilayah setempat di Desa Sudu,
merupakan lokasi ajang peperangan Ario Penangsang di jaman kerajaan
Jipang Panolan.
Rahardi tidak bisa sepenuhnya melarang warga
asal Ngawi mencari emas di wilayahnya. "Karena berpindah-pindah tempat
itu, kami kesulitan melakukan pengawasan," katanya.
Perburuan
emas di Desa Ngraho, masih tetap berlanjut. Puluhan warga tetap mencari
emas di dasar Bengawan, yang airnya mulai meningkat akibat hujan di
daerah atasnya.
Baik warga asal Ngawi dan di wilayah
setempat berhasil memperoleh sejumlah perhiasan emas, dalam bentuk
butiran, serpihan, dan cuping emas. "Mereka memiliki peta yang
diperkirakan menyimpan benda berharga itu," kata Camat Kalitidu, Nurul
Aizah.
Nurul mengaku, sebagian pemburu emas asal Ngawi tersebut,
mulai bergeser ke Desa Sudu, setelah muncul larangan berburu emas di
Desa Ngraho.
"Kami masih melakukan pemantauan perburuan di Sudu,
kalau memang meresahkan warga setempat ya tetap kami larang," katanya
menegaskan.
http://regional.kompas.com/read/2009/11/08/13013560/Menurut.Sejarah.Bengawan.Solo.Penuh.Emas
This entry was posted
on Minggu, 03 Juni 2012
at 06.41
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.